• Jelajahi

    Copyright © Laku Suluk
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Masuk Thoriqoh: Merasa Suci atau Kotor ?

    Syukur Riyadin
    Minggu, 28 November 2021, 11.39 WIB Last Updated 2021-11-28T08:46:30Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini


    Apa itu thoriqoh ? Apakah harus berthoriqoh ?

    Disini penulis sedikit menguraikan permasalah terkait thoriqoh dan juga menjadi keresahan pribadi. Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa thoriqoh itu menakutkan. Kebanyakan kaum sepuh saja yang berthoriqoh, untuk kawula muda masih banyak dosa, ibadah semaunya tentu tidak layak masuk thoriqoh.

    Apakah masuk thoriqoh harus suci atau diri kita masih banyak dosa ?


    Baca juga: Penyakit Hati Lebih Berbahaya Dari Virus Corona: Apakah ada Vaksinasinya ?


    Thoriqoh atau tarekat berarti “jalan”. Sahabat Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku jalan (thariqoh) terdekat kepada Allah yang paling mudah bagi hamba-hambanya dan yang paling utama bagi Allah!” Rasulullah SAW bersabda: “Kiamat tidak akan terjadi ketika di muka bumi masih terdapat orang yang mengucapkan lafadz “Allah”.” (dalam kitab Al-Ma’arif Al-Muhammadiyah)


    Thoriqoh adalah jalan yang dilalui oleh orang sufi dalam perjalanannya menuju Tuhan, dan digambarkan sebagai jalan yang berulang kali pada syari'ah, sebab jalan utama disebut syar'i sedangkan anak jalan disebut thariq. Kata ini terambil dari kata tharq yang di antara maknanya adalah "mengetuk" seperti dalam ungkapan tharq al-bab yang berarti "mengetuk pintu"; karena itu, cara beribadah seorang sufi disebut thariqah karena ia dalam ibadahnya selalu mengetuk pintu hatinya dengan dzikrullah. Cara beribadah semacam ini oleh Nabi Saw disebut dengan thariqah hasanah (cara yang baik). Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad Ibn Hambal dalam musnadnya dengan perawi-perawi tsiqat (dipercaya), Nabi Saw bersabda:


    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن العبدإذاكان على طريقة حسنة من العبادةثم مرض قيل للملك المو كل به اكتب له مثل عمله إذاكان طليقا حتى أطلقه أوأكفته إلى تعليق شعيب الأرن نؤوط: صحيح وه‍ذاإسنادحسن


    Sesungguhnya seorang hamba jika berpijak kepada thariqah yang baik dalam beribadah, kemudian ia sakit maka dikatakan oleh alloh subhanahu wa ta'ala kepada malaikat yang mengurusnya, tulislah untuk orang itu pahala yang sepadan dengan amalnya apabila ia sembuh sampai Aku menyembuhkannya atau mengembalikan nya kepada-Ku, (Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 2, halaman: 203).


    Ungkapan thariqah hasanah dalam hadis disebut menunjukkan kepada perilaku hati yang diliputi kondisi ihsan (beribadah seolah-olah melihat Allah Swt, atau kondisi khusyu') yakin berjumpa dengan Allah Swt dan kembali kepada-Nya.


    الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ


    (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-nya, (QS. Al Baqarah, 2:46).


    Thariqah dalam pandangan Ibn Taimiyah menegaskan dalam kitabnya al Istiqamah : "Ini (mengenal sang pencipta) termasuk diantara pokok-pokok akidah ahl al sunnah dan imam-imam para syaikh, khususnya syaikh-syaikh sufi, karena pokok pangkal thariqah para sufi adalah kehendak (al iradah), yang merupakan fondasi amal. Mereka dalam hal kehendak, ibadah, amal, dan akhlak lebih besar perhatiannya dan lebih banyak pemeliharaannya. orang yang belum memasuki semua itu tidak dapat serta merta menjadi ahli thariqah mereka."


    Ibnu Taimiyah mengukuhkan kebenaran thariqah para sufi: "Thariqah para sufi adalah tujuan (ghayah), karena mereka menyucikan kalbu mereka dari hal-hal selain Allah dan memenuhinya dengan dzikrullah; dan ini merupakan perinsip dakwah para rasul. Pengakuan ibn Taimiyah mengenai kebenaran thariqah para sufi juga mencuat dari pernyataan yang dituangkan dalam kitabnya yang berjudul Syarh al-Aqidah al-Ishfahaniyah, yaitu ketika ia berbicara tentang mu'jizat para nabi: "Tidak ada jalan bagi akal untuk memahami mukjizat para nabi hanya dengan komoditi akal semata. Hal-hal lain dari keistimewaan para nabi hanya dapat dipahami dengan "rasa" oleh orang yang menempuh thariqah tashawwuf..."


    Baca juga: Proses Membatik Dalam Perspektif Tasawuf


    Dengan mengacu pada uraian sebelumnya dapat dipahami bahwa thariqah atau thariq al shafiyyah ( jalan para sufi) pada hakikatnya adalah jalan yang ditempuh oleh para nabi dan rasul dalam merealisasikan menghambaan diri dan tauhid yang murni dengan cara mengosongkan kalbu dari hal-hal selain allah serta memenuhi nya dengan dzikrullah dalam setiap keadaan (berdiri, duduk, dan berbaring).


    ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ


    (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(QS. Ali Imran 3:191)


    Dengan kata lain, thariqah pada dasarnya adalah "pengamalan syari'ah dalam kerangka tauhid dan ubudiyah." Dalam islam tahap - tahap menuju Allah itu dikenal syariat, thariqah, dan hakikat adalah tiga hal yang memiliki hubungan yang sangat kuat yang salah satu dari ketiganya tidak bisa diabaikan.


    Syariat (kapal), Thoriqoh (laut), dan Hakikat (mutiara)


    Ibarat lautan yang di dalamnya terdapat mutiara yang amat besar dan indah untuk bisa mencapai dan mengambil mutiara tersebut tentu kita membutuhkan kapal untuk mencapai dan memperoleh mutiara hakikat itu, kita butuh kapal syariat untuk mengarungi lautan thoriqah dengan selamat.


    Perumpamaan lainnya syariat adalah pohon thariqah adalah dahanya dan hakikat adalah buahnya barangsiapa hidup hanya berjarak tanpa berakibat maka sia-sia, barangsiapa hanya berhakikat tanpa syariat, maka kerusakan baginya.


    Dalam sebuah syair disebutkan:


    فَشَرِيْعَةٌكَسَفِيْنَةٌ ٠ كَالْبَحْرِوَحَقِيْقَةٌدُرٌّغَلاَ


    Syariat bagaikan kapal, thariqah bagaikan lautan, dan hakikat bagaikan intan yang mahal. (Kifayah al-Atqiya, hal 9)


    Thoriqoh juga dapat didefinisikan secara singkat sebagai teknik berdzikir efektif. Urgensi thariqah sebagai teknik berdzikir efektif yaitu agar dzikir yang dilakukan oleh seorang hamba dapat berfungsi maksimal dan mencapai efektivitas nya untuk menghalau sang iblis terutama yang tanpa disadari nya telah lama berada di dalam dirinya hatinya menjadi biang kerok setiap kerangkaramurkaan.


    كَذَلِكَا الْعَبْدُلاَيَحْرَزُنَفْسَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِلَّابِذِكْرِاللّهِ


    Seseorang tidak akan bisa melindungi dirinya dari setan kecuali hanya dengan dzikrullah, (Shahih ibn Hibban, juz 14, halaman 125, Sunan al-Tirmidzi, Juz 5. halaman: 148, Musnad Abi Ya'la, juz 3, halaman: 140)


    Sebagai teknik berdzikir efektif thariqah melibatkan beberapa unsur yang harus difungsikan secara simultan, karena yang satu dengan yang lain memiliki keterikatan yang sangat erat. Salah satu unsur dari unsur-unsur tersebut adalah dzikir itu sendiri, yang menjadi fondasi dan ruh semua aktivitas ibadah. Terkait dengan masalah ini thoriqoh bahkan dapat dipahami juga sebagai istilah untuk paket-paket dzikir dan tugas-tugas spiritual berdasarkan model kurikulum pembelajaran yang dijadikan sebagai media untuk mencapai kesucian jiwa dan kedamaian hati.


    Dalam perbincangan penulis dengan KH. Saefudin (Musyid Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah), berkata "Baiat thariqah ya keranten rumaos mboten resik, akeh dosane, supados ketata atine. Ampun diwalik, keranten rumangsa katah dosane dereng resik, lajeng dados alasan mboten mlebet thariqah" arti Indonesianya "Baiat thariqah ya karena merasa tidak bersih, banyak dosa, agar tertata hatinya. Jangan dibalik, karena merasa banyak dosanya belum suci, kemudian menjadi alasan tidak masuk thariqah"


    Artinya apa, bahwa berthariqah jangan menjadi suatu hal yang menakutkan atau sakral. Justru dengan berthariqah berbaiat kepada guru/mursyid, kita akan dibimbing dalam menata hati untuk mencapai kedamaian hati, mensucikan jiwa, dan mendekatkan diri kita kepada Allah SWT (taqarrub ilallah).

    Wallahua'lam



    Sumber:

    Sabilus Salikin, Jalan Para Salik Esiklopedi Thariqah/Tashawwuf 2012


    Permaslahan Thariqah: Hasil Kesepakatan Muktamar dan Muasyawarah Besar Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah Nahdatul Ulama (1957-2005)” yang dihimpun oleh KH. A. Aziz Masyhuri.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +