Written by Aenah
Pada suatu hari yang sangat cerah, dimana kupu-kupu berterbangan dengan riang gembira dan nyiur dedaunan yang melambai-lambai sampai menghasilkan gerakan yang begitu indah.
Namun, kecerahan itu kini tercemar dengan pemandangan sungai yang memperihatinkan, dan juga pemandangan sampah yang berterbangan di jalan-jalan. Tak jauh dari tempat tersebut tinggalah seorang nenek yang sudah tua dan renta. Ia terbangun dari tidur siangnya akibat dari suara yang membisingkan telinga itu.
Dengan segera sang nenek bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju sumber suara tersebut. Sang nenek pun berteriak kepada serombongan pembuang sampah itu.
“Wah,, kalian tolong hentikan perbuatan itu”.
Tetapi, para pembuang sampah itu tidak menghiraukan sedikitpun teriakan sang nenek. Setelah berusaha dengan sekuat tenaga, sang nenek berjalan mendekat ke arah pembuang sampah.
Mereka pun menghentikan pembuangan tersebut dengan berdiri di dekat mobil pengangkut sampah itu.
“Apa yang anda lakukan orang tua, apa kau sudah bosan hidup?” kata salah satu seorang di antara pembuang sampah.
“Aku tidak akan membiarkan kalian terus membuang sampah di sungai ini. Apakah kalian sama sekali tidak mengetahui bahwa banyak sekali makhluk hidup yang sangat bergantung pada sungai ini? apakah kalian juga tidak mengetahui akibat yang akan terjadi jika kalian membuang sampah di sungai ini?” teriak nenek itu.
Para pembuang sampah yang merasa terganggu dengan nenek merasa jengkel, bahkan mereka mengusir sang nenek dengan paksa untuk menjauhi lokasi tersebut.
Baca juga : Apa Salah dan Dosa Alam di Sekitarku ?
Lokasi yang mereka buangi sampah merupakan kawasan sungai yang jernih, banyak ikan yang hidup disana, selain itu juga banyak warga sekitar sungai yang memanfaatkan air itu untuk mencuci berbagai peralatan rumah tangga, bahkan terkadang banyak anak kecil yang mandi di sungai.
Sang nenek pun tidak tinggak diam, dia bergegas jalan menuju rumah kepala kampung. Dia menceritakan semua kejadian yang ia lihat. Namun, bukannya kepala kampung itu membantunya, sang kepala kampung malah menyarankan sang nenek untuk pindah dari rumah tempat tinggalnya dan tinggal di tengah kampung seperti mereka.
Sang nenek merasa kecewa mendengar jawaban tersebut, ternyata orang-orang di lingkungannya juga ikut terlibat dengan kegiatan yang sangat tercela itu, dan dia tidak menyangka mereka berbuat setega itu.
Dengan hati yang pedih nenek itu berjalan pulang ke rumahnya. Sepanjang jalan ia termenung dan teringat kembali masa-masa kecilnya, masa dimana dia dan teman-temannya bermain di pinggir sungai itu. Banyak sekali binatang sungai yang mereka temui, diantaranya ikan, dan udang di sungai itu. Mereka juga selalu menjaga kebersihan sungai. Tak jarang ketika nenek kecil, dia dan teman-temannya sering bertengkar dengan pembuang sampah di sungai itu.
Tetapi sekarang keadaan sudah berubah, sungai sudah tercemar dan binatang – binatang telah kehilangan habitatnya. Hal yang membuat nenek bertambah sedih itu adalah tidak ada lagi pemuda-pemudi yang peduli dengan kesehatan lingkungan, bahkan merekalah yang menjadi aktor di balik pencemaran sungai. Setelah berjalan dengan cukup lama sang nenek pun sampai di rumahnya. Ia duduk di teras depan rumahnya dan mencari jalan keluar untuk menghentikan itu semua.
“Saya tidak bisa menghentikan para pembuang sampah itu, kalau begitu saya akan membakar sampah-sampah yang menumpuk di pinggir sungai itu dengan sedikit demi sedikit”, ujar nenek.
Mulai sejak waktu itu sang nenek terus membakar sampah. Tindakan nenek ini dilihat oleh para pembuang sampah, namun hati mereka belum juga tergugah. Semakin hari malah semakin banyak sampah yang menggunung di pinggir kali.
Sampai pada akhirnya sampah-sampah tersebut menimbulkan aroma busuk yang sangat menyengat, menimbulkan polusi udara sehingga udara di sekitar sungai itu sudah tidak sehat lagi, air di lingkungan sungai pun menjadi kotor sehingga banyak warga yang terserang penyakit diare, selain itu banyak binatang-binatang sungai yang mati karena tercemar limbah sampah.
Tidak hanya itu di waktu musim penghujan tiba sungai itu tidak dapat mengalirkan air dengan baik sehingga terjadilah banjir karena tumpukan sampah itu membendung air yang akan mengalir. Tidak lama setelah melihat dampak negatif akibat dari pembuangan sampah tersebut para pembuang sampah itu menyadari kesalahannya. Mereka meminta maaf kepada warga yang bermukim di sekitar sungai tersebut, dan mereka tidak lagi membuang sampah di sungai itu lagi.
Baca juga : Juara 1 Lomba Cerpen Lingkungan Hidup "Goby’s Friends"