• Jelajahi

    Copyright © Laku Suluk
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Proses Membatik Dalam Perspektif Tasawuf

    Jumat, 06 November 2020, 23.18 WIB Last Updated 2022-02-28T13:04:06Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

     




    lakusuluk.co - Batik ditetapkan UNESCO sebagai warisan Kemanusiaan untuk budaya lisan dan Nonbendawi pada 2 Oktober 2009, yang di jadikan Hari Batik Nasional.

     

    Banyak yang mengira pengakuan UNESCO tentang batik adalah terhadap kain batik. Padahal, yang sebenarnya diapresiasi oleh UNESCO adalah proses membatik yang di lakukan menggunakan canting tulis dan cap. 

    Inilah yang disebut-sebut sebagai warisan budaya tak benda yang diakui dan diberikan kepada indonesia.

     

    Baca juga : Tingkatan Jiwa Dalam Tasawuf Menurut Al-Ghazali


    Dalam perspektif tasawuf batik bukan sekedar goresan canting saja dan juga tidak sembarangan orang bisa membatik.

    Butuh perjuangan untuk membuat batik, bahkan orang-orang terdahulu, untuk membuat motif dan pola, haruslah melakukan riyadhoh dan tirakat terlebih dahulu.

     

    Batik adalah jiwa. Dulu dalam proses membatik selalu diawali dengan puasa dan tirakat. Setiap tarikan canting tersemat sebuah doa, awal proses membatik ini diawali dengan koneksi jiwa si pembatik dan sang pencipta. Membatik menjadi titik temu nur insani dan nur ilahi.

     

    Dalam membatik memiliki proses panjang ada yang berhari-hari bahkan sampai bertahun-tahun baru selesai. Jadilah sebuah mahakarya batik yang memiliki filosofi, sepiritual, dan nilai seni yang tinggi. Membatik bukan semata-mata nilai materi, tetapi lebih kepada daya cipta untuk mempertahankan jati diri. Wallahu a'lam...


    Penulis: Syukur Riyadin


    Baca juga : Membumikan Tasawuf Sosial dalam Kehidupan Modern

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +