• Jelajahi

    Copyright © Laku Suluk
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Ibnu Atha'illah as-Sakandari: Orang 'Arif Tidak Mencampuri Urusan Allah

    Syukur Riyadin
    Minggu, 13 Juni 2021, 02.47 WIB Last Updated 2021-06-13T05:28:38Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

     


    سَوَابِقُ الْهِمَمِ لَاتَخْرِقُ أَسْوَارَالْأَقْدَارِ

    "Tekad yang kuat takkan mampu menembus dinding takdir"

    (Ibnu Atha'illah as-Sakandari)


    Tekad adalah kekuatan jiwa yang bisa memengaruhi segala sesuatu. Orang-orang sufi menyebutnya dengan himmah. Tekad ini takkan berpengaruh apa-apa, kecuali dengan takdir dan ketentuan Allah semata.


    Keinginanmu tidak akan ada gunanya bila berbeda dengan keinginan Tuhanmu. Jika tekad yang kuat saja tidak akan membuahkan hasil apa-apa, kecuali dengan takdir dan izin Allah, apalagi tekad yang lemah.


    Hikmah ini ditujukan untuk mendinginkan api ketamakan yang menyala-nyala di dalam hati kita yang selalu yakin bahwa segala sesuatu itu bergantung pada usahamu sendiri dan pasti berhasil.


    Namun perlu kita sadari, bahwa orang yang berakal selalu ingat adanya Tuhan maha mengatur segalanya. Yang dapat kita perbuat hanyalah pasrah dan menerima dengan lapang dada apa yang sudah menjadi kehendak-Nya. Semua kehendak seorang salik haruslah bekesesuaian dengan Kehendak Allah.


    Baca juga: Penyakit Hati Lebih Berbahaya Dari Virus Corona: Apakah ada Vaksinasinya ?


    أرحنفسك من التّدبير،فماقام به غيرك عنك لاتقم به لنفسك


    "Istirahatkan dirimu dari kesibukan mengurusi duniamu. Urusan yang telah diatur Allah tak perlu kau sibuk ikut campur." (Ibnu Atha'illah as-Sakandari)



    Semua orang pasti pernah bahkan kerap merencanakan berbagai hal bagi dirinya sesuai keinginan nafsunya. Kemudian, untuk menggapai rencana yang telah ditetapkannya itu, ia melakukan berbagai pekerjaan yang menyibukkan dirinya.



    Tentu saja, hal ini akan membuatnya lelah. Bahkan mungkin pula kecewa, terutama bila sebagian besar perkara yang telah direncanakannya itu tidak berhasil diwujudkan.



    Dengan lafal "istirahat", kita dituntut untuk meninggalkan segala perkara yang menyebabkan keletihan dan penderitaan. Kecuali, jika perencanaan atau pengaturan tersebut ditujukan untuk sekedar memenuhi tuntutan hidup dan tak sampai memberatkan. Tentu saja, hal ini tidak akan merugikan diri. Bahkan pepatah mengatakan, "Perencanaan adalah setengah dari kehidupan."



    Urusan-urusan yang telah diatur Allah hendaknya dijauhi oleh hamba. Ia tidak perlu lagi sibuk mengurusi apa yang telah ditangani Allah karena tindakan semacam itu termasuk sikap "sok tahu" yang tak layak dilakukan oleh orang yang berakal.



    Lagi pula tindakan itu bertentangan dengan prinsip rububiyah (kepengaturan) dan takdir Allah, selain juga bisa melalaikan ibadah. Hikmah di atas ditujukan sebagai peringatan karena biasanya apabila seseorang sedang mengahadap Tuhannya dan sibuk dengan zikir-zikir dan ibadah-ibadahnya seluruh sebab penghidupan duniawi akan terputus darinya.



    Saat itulah, setan datang dan mulai membisikinya, mengiming-iminginya dengan berbagai hal yang sebagian besarnya tidak akan pernah terwujud. Bisikan setan itu kemudian membuat kita lalai, bahkan meninggalkan kebiasaan zikir dan ibadah. Tips untuk menghindari hal itu ialah banyak berzikir dan riyadhah (olah jiwa). Dengan berzikir dan riyadhah, akan dijauhi setan dan terhindar dari kesibukan menyusun rencana ini dan itu yang membuatnya letih.


    Referensi :

    Syarh al-Hikam Ibnu Atha'illah as-Sakandari


    Baca juga: TINGKATAN JIWA DALAM TASAWUF MENURUT AL-GHAZALI

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +