TINGKATAN JIWA DALAM TASAWUF AL-GHAZALI
Oleh : Ali Samsul Hakim
Kategori jiwa ialah diri, dalam bahasa Arab disebut Nafs, yang menurut Frager: Nafs adalah komponen penting dari seluruh tindakan manusia, karena kapasitas tindakan terletak pada Nafs. Dengan kata lain, hati yang merasakan, namun Nafs lah bertindak. Kata Frager Nafs terkadang disebut diri, terkadang diterjemahkan sebagai ego atau jiwa. Dalam bukunya Frager menguraikan tujuh tingkat Nafs. Adapun Nafs menurut Al-Ghazali memiliki tiga tingkat. Yakni Nafs Ammarah, Nafs Lawammah, dan Nafs Mutmainnah.
Nafs Ammarah
Al-Qur’an menggambarkan tingkat nafs ini dalam Surat Yusuf: 53.
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Yang artinya :
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Jadi nafs Ammarah ini, ialah diri rendah yang selalu saja ingin berbuat kejahatan. Dan kapasitas nafs ini memang paling dominan dari nafs-nafs lainnya.
Nafs Lawammah
Nafs ini adalah nafs penyesalan, yang mana iya senantiasa menyesali dirinya sendiri, orang yang bertingkat pada nafs ini tau bahwa sesuatu itu tidak baik dan dosa, tetapi masih saja dilakukan. Untuk itulah orang dengan tingkat nafs ini senantiasa penuh dengan penyesalan.
Nafs Mutmainnah
Nafs jenis ini adalah nafs dalam kondisi yang tenang, tentram, bahagia, serta senantiasa mensyukuri nikmat Allah. Jenis nafsu ini tidak berambisi mengikuti hasrat yang cenderung menjauhkan dirinya dari Allah SWT. Jiwa atau diri mutmainnah adalah jiwa yang puas dengan nikmat yang diberikan Allah, karenanya ia hanya berpegang teguh kepada nilai-nilai kebenaran Illahiah, bukan nilai-nilai kebenaran yang menurut kepentingan ego dan dorongan syahwatnya.
Diri rendah itu adalah ular naga, hewan yang liar dan kejam. Ia tidak mati, hanya diam membeku. Simpanlah ular nagamu di dalam salju disiplin diri. Jangan mendekatkan ke sinar matahari Baghdad. Biarkan ular nagamu tertidur pasif. Jika ia dibebaskan, maka ia akan menelanmu.
Maulana Rumi
Tak ada yang menyelamatkan jiwa kecuali jatuh cinta. Cinta itu harus merangkak dan berjalan perlahan-lahan. Pertama diantara para cinta. Hanya para cinta yang dapat berlari, dari dua dunia ini. Ini semua sudah tergores dalam penciptaan. Hanya dari hati, engkau dapat mencapai udara. Bunga yang Maha Agung, hanya dapat dikembangkan di dalam hati.
Maulana Rumi
Jiwa merupakan struktur bias dari ruhani dan hati, yang menghasilkan karakter kepada diri manusia. Jiwa tak ubahnya sebuah air, yang pada kenyataannya merupakan suatu yang abstrak, namun pada hakikatnya merupakan suatu yang tampak. Tampilkan jiwamu sebagaimana air jernih, karena air yang jernih bisa memberikan kesehatan kepada setiap makhluk. Begitupun jiwamu, jiwa yang putih selalu mampu memberikan energi positif untuk semua makhluk.
Mawar
Banyaknya nafas-nafas yang menyaksikan kurun hidup yang sampai saat ini masih berlanjut, membuktikan bahwa kehidupan ini adalah perjalanan dengan proses. Karena proses-lah dunia banyak menciptakan hasil, dari mulai peradaban pengetahuan, peradaban sosial-budaya, dan bahkan peradaban agama. Semua itu terjadi karena adanya manusia dengan perantara akalnya yang dipercayai Tuhan untuk memelihara Dunia. Dengan akal-lah manusia menjadi puncak kreativitas Tuhan dengan dibekali berbagai pengetahuan, yang menjadikan manusia menarik dan tidak pernah habis untuk dijadikan sebagai penelitian utama dalam kehidupan. Dalam kehidupan-lah manusia senantiasa melakukan pencarian, yang bertujuan untuk mendapatkan keutamaan karakter yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Mawar
Sumber:
Fadiman, James, & Al-Jerrahi, Frager. Nganyi Suyi Seorang Sufi.Al Furqon, Yogyakarta, 2017.
Dewi, Reni Anggraeni. Menjadi Manusia Holistik.Mizan,Jakarta, 2006.