Para pembaca yang beriman, penulis mengajak untuk merenung sejenak. Kita hidup dengan bernafas, apakah anda menghitung berapa kali kita bernafas dalam sehari ? Siapa yang memberi nafas ? iya benar sang sumber hidup yaitu Allah SWT. Apakah hari ini anda sudah bersyukur ? Jika belum mari kita mengucap syukur bersama dengan manarik nafas sedalam-dalamnya, lalu hembuskan secara bersamaan ucap Alhamdulillah dengan perlahan serta rasakan aliran energi mengalir ke seluruh tubuh anda. Terimakasih
Kita patut bersyukur sungguh besar rahmat Allah kepada hambanya salah satu buktinya kita masih diberi nafas hingga detik ini. Namun terkadang kita lupa kepada-Nya, karena sibuk urusan dunia. Apakah saat ini anda merasa tidak pantas untuk hidup ? Dan berencana untuk mengakhiri jalan hidup ? Tidaklah pantas hamba yang beriman menyakiti dirinya sendiri. Ingat kawan Allah selalu menolong dan mengampuni segala dosa-dosa hambanya yang mau bertobat. Kita harus bertobat dari semua dosa, baik besar maupun kecil. Bukanlah dosa kecil bila terus menerus dilakukan, dan tiada dosa besar bila dilakukan istighfar. Sungguh besarnya rahmat Allah SWT.
"Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, niscaya kamu berbahagia." QS. An Nuur (24):31
Satu Langkah Pertama di Jalan Allah ?
Alhamdulillah berkesempatan penulis dapat bersilaturahmi menghadiri WAGEAN (kegiatan yang istiqomah dijalankan malam ahad wage oleh PK MATAN IAINU Kebumen Mujahadah Al Waqi'ah) di ndalem Kyai Mujasim, SHI, MSI (pembina MATAN). Dalam kesempatan ini berdiskusi bersama beliau merujuk pada kitab adab suluk al-murid yang menerangkan terkait langkah awal seorang murid dalam menempuh jalan menuju Allah SWT adalah membenarkan dalam bertobat.
Pernahkah kalian memiliki beban, seperti pernah mendzalimi ? pada orang lain. Menurut kalian apa yang harus kita lakukan, iya tentu kita bergegas melunasi ke pemiliknya. Terus apabila kita tidak mampu dan kurang memungkinkan hendaklah meminta kehalalan dari mereka.
Apakah ada korelasi antara hak kita sesama hamba dengan Allah ? Pasti, bagi murid untuk mendapat ridho Allah wajib menyelesaikan hak-hak sesama manusia. Karena menjadikan mustahil menuju Allah Dzat Yang Haq.
Baca juga : Permulaan Jalan Menuju Allah SWT
Pengertian Tobat ?
Tobat secara bahasa adalah kembali, pulang. Sedangkan secara istilah adalah kembali dari apa saja yang dipandang buruk oleh syariat menuju perkara yang dinilai baik oleh syariat. Di sarikan dalam kitab Minahussaniyyah bahwa tobat memiliki titik awal dan puncak sebagai berikut:
• Titik awal dari tobat adalah kembali (bertobat) dari melakukan dosa-dosa besar, kemudian dosa kecil, hal-hal makruh, lalu menaubati hal-hal yang belum maksimal, memandang baik diri sendiri, menaubati menilai diri sendiri bahwa dirinya termasuk orang yang paling fakir dan neriman, kemudian menaubati merasa taubatnya sudah benar dan menaubati semua bersitan hati dan pikiran yang tidak diridhai oleh Allah.
• Adapun titik akhir atau puncak dari tobat adalah; melakukan tobat di saat tidak ingat, lalai, dan tidak syuhud kepada Allah satu kedipan mata.
Tobat merupakan tangga awal seseorang untuk menempuh jalan menuju Allah. Oleh karena itu, sebagai pondasi awal taubat harus benar-benar kokoh. Sehingga menjadi benar-benar siap untuk menaiki tangga maqam berikutnya. Nabi SAW bersabda, "Orang yang bertobat itu kekasih Allah dan yang bertobat dari dosa seperti orang yang tak berdosa."
Mengutip kitab Minahussaniyyah, “Seorang hamba sebaiknya meneliti anggota tubuhnya baik secara fisik maupun non fisik di waktu pagi dan sore. Apakah telah menjaga dari batas-batas Allah ta’ala yang telah Ia tetapkan ? Sudahkan anggota badannya melaksanakan apa yang Ia perintahkan seperti menjaga pandanga, lisan, telinga, hati dan lain sebagainya ? Apakah melaksanakan perintahnya secara ikhlas atau belum ?Apabila ia mengetahui salah satu anggota badannya melakukan ketaatan, bersyukurlah kepada Allah, sementara ia merasa dirinya tidak layak untuk melakukan ketaatan-ketaatan. Dan apabila ia mengetahui anggota badannya ternodai oleh perbuatan dosa maka menyesallah dan memohon ampunan. Kemudian bersyukurlah pada Allah, karena Allah tidak menakdirkan melakukan maksiat yang lebih banyak dan Allah tidak memberinya cobaan pada anggota badannya yang telah berbuat dosa dengan penyakit, luka, bisul dan infeksi. Karena anggota badan tersebut berhak mendapatkan balasan melakukan keburukan.”
"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan sesungguhnya, semoga Tuhanmu menghapus segala perbuatanmu yang jelek dan memasukkan kamu ke surga, yang dihiasi sungai-sungai yang mengalir." QS. At Tahriim (66):8
Apa syarat sah dalam bertobat ?
Syarat sah tobat adalah benar-benar menyesali atas dosa-dosanya. Nabi SAW bersabda, "Penyesalan itu tobat". Sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkahlaku dan perbuatan. Ingat! jangan terjebak pada penyesalan berkelanjutan tanpa disertai tekad untuk memperbaiki tingkahlaku ini bahaya. Syekh Ibnu Athoilah berkata;
مِنْ عَلَامَاتِ مَوْتِ الْقَلْبِ عَدَمُ الْحُزْنِعَلَى مَافَاتَكَ مِنْ الْمَوَافَقَاتِ، وَتَرْكُ النَّدَمِ عَلَى مَافَعَلْتُهُ مِنْ وُجُوْدِالزَّلَّاتِ
"Di antara tanda matinya hati adalah tidak adanya perasaan sedih atas ketaatan yang kaulewatkan dan tidak adanya perasaan menyesal atas kesalahan yang kaulakukan."
Penyesalanmu atas kesalahan telah diperbuat, dan kesedihanmu atas amal-amal burukmu membuktikan bahwa kau termasuk ahli iradah (orang yang dikehendaki dan dicintai Allah SWT). Jangan kauanggap dosa yang kaulakukan itu besar dan tidak mungkin diampuni sehingga membuatmu putus asa dari rahmat Tuhanmu. Anggapan semacam itu termasuk sikap tercela dan dapat merusak keimanan.
Lain halnya jika anggapan itu mendorong pelakunya untuk bertobat dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Ini adalah anggapan yang terpuji dan merupakan tanda keimanan seorang hamba. Syekh Ibnu Athoilah berkata;
لَاصَغِيْرَةَإِِذَاقَابَلَكَ عَدْلُهُ، وَلَاكَبِيْرَةَإِذَاوَاجَهَكَ فَضْلُهُ
"Tidak ada dosa kecil jika kau dihadapkan pada keadilan-Nya dan tidak ada dosa BESAR jika kau dihadapkan pada karunia-Nya."
Oleh sebab itu, imam asy-Syadzili kerap berdoa, "Ya Allah, jadikan keburukan kami keburukan orang-orang yang Kaucintai dan jangan jadikan kebaikan kami kebaikan orang yang Kaubenci"
Imam al Hadad menegaskan "Barang siapa yang bertaubat dari dosa-dosanya sementara ia masih terus-menerus melakukan dosa atau ia masih bertekad mengulangi dosanya maka tidak ada taubat sedikit pun baginya."
Hendaknya seorang murid terus-menerus benar-benar mengakui kelalaian dan kealpaannya dalam melaksanakan apa yang diwajibkan baginya dari notabene sebagai hak Tuhannya (untuk disembah). Di saat dia merasa susah karena kelalaiannya dan hatinya menjadi hancur (sangat sedih) karena Allah maka hendaknya ia tau bahwa Allah berada di sisinya. Karena Dia Yang Maha Suci telah berfirman:
أنا عِندَ المنكسرةقلوبهم من أجلي
“Aku berada di sisi orang yang remuk hatinya (sangat susah dan sedih) karena-Ku”.
Keharusan bagi murid adalah menjaga dirinya dari dosa-dosa kecil, apalagi dosa besar harus lebih keras menghindarinya daripada mengkonsumsi racun yang mematikan. Dan kekhawatirannya apabila melakukan dosa besar itu (harus) lebih besar daripada ketakutan memakan racun. Hal tersebut dikarenakan perbuatan-perbuatan dosa berimbas pada hati sebagaimana racun yang menginfeksi tubuh. Hati merupakan hal yang lebih mulia bagi orang yang beriman daripada jasadnya. Sedangkan jasad adalah sasaran dari malapetaka dan bahaya, serta jasad tidak lama akan hancur sebab kematian.
Hilangnya jasad hanyalah berpisah dari dunia yang sedikit dan menyusahkan. Adapun hati apabila rusak maka akhirat pun hancur. Karena sesungguhnya tidak akan selamat dari kemarahan Allah dan tidak akan beruntung dengan mendapat ridha dan pahala-Nya kecuali orang yang datang kepada Allah dengan membawa hati yang selamat.
Jadi, seorang murid dalam meniti jalan Allah SWT salah satunya dengan selalu memperbaiki dan membenarkan dalam bertobat. Tobat hendaknya dilakukan setiap hari, karena manusia tidak akan terlepas dari kesalahan. Bahwa tobat memiliki tingkatan-tingkatannya. Tinggal meneliti diri sendiri sudah pada level yang mana. Karena tanpa taubat yang benar seorang manusia tidak akan menaiki tangga level berikutnya. Wallahu a'lam
Baca juga : Tingkatan Jiwa Dalam Tasawuf Al Ghazali