• Jelajahi

    Copyright © Laku Suluk
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Apa Salah dan Dosa Alam di Sekitarku ?

    Jumat, 02 April 2021, 10.30 WIB Last Updated 2021-04-02T03:55:07Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

    Written by Echa Asmawati


    Di pagi buta mentari bersinar menyapa penduduk bumi untuk beranjak dari tempat tidurnya. Aktivitas berjalan seperti biasa, ada yang berangkat kerja ke kantor dengan mengenakan jas kebanggaannya, pedagang membawa barang dagangannya, buruh pabrik mengenakan pakaian seragamnya, berharap hari ini mendapat rizki untuk mencukupi kebutuhan keluarga, serta anak- anak berangkat sekolah dengan tas ransel dipunggungnya. Masing-masing dari mereka memiliki tujuan yang berbeda-beda, namun harapan dan impian selalu beriringan dengan langkah kakinya. Itulah rutinitas warga kota yang terkenal dengan gedung tinggi, banyaknya kendaraan dan kemacetan dimana-mana.


    Jam menunjukkan pukul 06.30 pagi. Namun, asap kendaraan sudah menyebar ke mana-mana. Klakson-klakson mobil dan motor terus berbunyi yang menandakan kekesalan pengendara ketika macet. Ya, contohnya rumah Aisyah yang tidak jauh dengan jalan raya merasakan hal itu setiap harinya. Setiap pagi, siang, sore, malam Aisyah terpaksa untuk menghirup udara yang kotor.  


    Pemandangan yang dilihatnya hanyalah kemacetan. Musik yang didengarnya hanyalah klakson-klakson motor dan mobil. Aisyah adalah siswi SMA yang rajin, pintar di kelasnya dan mempunyai pemikiran kritis. Ia selalu berkhayal agar suatu hari nanti udara yang ada di sekitar rumahnya menjadi bersih tanpa asap kendaraan, pemandangan yang dilihatnya menjelma banyak tumbuhan, gunung-gunung yang hijau dan langit-langitnya yang berwarna biru cerah, dan juga kendaraan-kendaraan yang berkurang pastinya.


    Tidak hanya itu saja, banyaknya sampah berserakan tepi jalan, selokan, sungai sampai dimana-mana ada sampah meskipun setiap harinya sudah di bersihkan oleh petugas sapu jalanan. Namun mereka yang enggan sadar akan kebersihan lingkungan bodo amat dengan alam sekitar sehingga tidak menutup kemungkinan membuang sampah sembarangan.


    Dengan adanya kejadian tersebut, ketika Aisyah berjalan kaki mau berangkat ke sekolah, yang kebetulan jarak sekolah Aisyah tidak jauh dengan rumahnya, ia berangan-angan agar manusia dibumi sadar diri dengan lingkungan sekitar seperti membuang sampah pada tempatnya, meminimalisir penggunaan kantong plastik, kurangin menggunakan kendaraan yang menyebabkan polusi.


    Baca juga : Juara 1 Lomba Cerpen Lingkungan Hidup "Goby’s Friends"


    Setidaknya kalau dekat jalan kaki atau juga bisa menggunakan sepeda seperti negara yang ada diluar sana serta ingin sekali adanya pohon-pohon ditepi jalan. Serontak impian itu buyar ketika Fatimah mengaggeti Aisyah dari belakang. Sebut saja Atim

    adalah nama panggilannya. Fatimah adalah siswi yang saliha, lucu dan rajin menabung hehehe…

    “Doooooorrr…!!”

    “Astagaaaa.. Atiim, kamu mengaggetiku saja” (merasakan kaget)


    “Lah salah siapa jalan sambil melamun, kaya orang banyak utang saja hehehe” (becandaa)

    “Uhuuukk.. uhuuk.. ! Hiis ngawuur kamu. Aku lagi memikirkan lingkungan sekitar kita”. suaranya terbata-bata karena batuk sambil menceritakan keinginannya tadi.


    “loh? Aisyah kamu batuk lagi?” tanya Atim, yang termasuk teman dekat Aisyah.


    “Iya, niih.. mungkin karena aku keseringan menghirup udara yang kotor setiap harinya” jawab Aisyah sambil menutupi hidung untuk mengurangi polusi yang masuk kehidungnya..

    “Hmm.. iyaa aku jadi kasihan sama alam sekitar kita yang tidak punya salah apa-apa tapi menanggung resikonya.


    Kamu udah minum obat belum?” tanya Atim lagi.

    “Tenang aja.. udah kok! Maksudnya menanggung resiko bagaimana tim?” jawab Aisyah yang merasakan penasaran.

    Tak terasa sudah sampai sekolah. Percakapan antara Aisyah dan Fatimah pun terpotong. Lalu, keduanya memasukki kelas. Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi, saatnya memulai pelajaran. Pelajaran pertama adalah pelajaran Matematika. Selama pelajaran matematika berlangsung, Aisyah terlihat murung sampai bel istirahat berbunyi Atim mengamatinya, langsung memergokinya.


    Hei Aisyah! Kenapa kamu murung? Kamu sakit? Apa perlu kita ke UKS” kata Atim.


    “Oh-eh-hmm.. aku nggak kenapa-kenapa kok! Aku sehat walafiat! Hanya sajaa aku masih

    kepikiran dengan keinginanku tadi dan juga omonganmu yang alam sekitar menanggung resiko maksudnya bagaimana ya Tiim? ” Tanya Aisyah kembali bersemangat berharap mendapatkan jawaban dari Fatimah..


    “Syukurlah kalau begitu, ku kira kamu sakit atau apaa, aku khawatir kalo kamu kenapa-napa. Wkwkwk ternyata masih saja kau pikirkan toh kata-kataku tadi pagi. Nanti aku jelasin apa maksudku ditempat biasa” kata Fatimah sambil kembali mendengarkan Bu Moni, guru matematika.



    Kegiatan belajar-mengajar berakhir pada pukul 13.00 tepat. Siswa-siswi di sekolah ini kembali ke rumah masing-masing. Namun, sebelum pulang Fatimah mengajak Aisyah ke taman belakang sekolah. Di sanalah tempat favorit Aisyah dan Fatimah ketika ingin bercerita tentang keluh kesahnya. Akhirnya bel yang ditunggu-tunggu mengeluarkan suaranya, saatnya para siswa-siswi untuk pulang kerumahnya masing-masing. Akan tetapi berbeda dengan Aisyah dan Fatimah. 


    Keduanya bergegas menuju taman di belakang sekolah. Sesampainya di taman Aisyah langsung meminta jawaban yang masih mengganjal dihati dan pikiran Aisyah yang mengenai alam sekitar menanggung resikonya. Fatimah pun tanpa basa-basi menjelaskan apa maksud dari kata-kata yang telah diucapkannya tadi pagi.


    “Jadi begini loh syah, kenapa alam sekitar yang menanggung resikonya. Padahal bumi yang kita pijak, lingkungan yang kita tempati, dan alam sekitar yang kita pandang itu sebenarnya tidak berdosa bahkan tidak salah apa-apa. Padahal Allah sudah menjelaskan didalam firmannya (Qs. Ar- Rum:41) dijelaskan bahwa: “telah tampak di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.


    Jadi dengan ini jelas syah, bahwa kerusakan yang ada dibumi ini bukan karena alam sekitar tidak peka, melainkan manusialah yang tak tau diri enggan menjaga lingkungannya. Banjir, longsor, dan kejadian apapun itu pasti yang disalahkan lingkungannya bahkan ada yang mnyebutkan semua itu karna Allah, Na’udubillah… 


    Padahal kita manusia yang menyalahi aturan Allah. Orang disuruh menjaga lingkungan malah membuang sampah sembarangan ke sungai, lalu apa yang terjadi??? Banjir di mana-mana, menjadikan munculnya penyakit seperti kudis, gatal-gatal, panu dan masih banyak lagi. Kadang tak banyak dari mereka yang sudah dikasih ujian seperti itu tidak sadar-sadar akan pentingnya menjaga lingkungan”. Kata Fatimah yang merupakan jawab dari penasarannya Aisyah.


    “Woooooooaaah, Masya Allah Bu Ustazdah. Nampol bangrt eeeh… serasa ditampar tapi bedanya ini dengan kata-kata. Waah jadi semangaat nih setelah denger jawaban atas penasaranku barusan. Aku jadi pengen ngajak tetangga komplek ku untuk agenda kerja bakti setiap minggunya dan berharapnya setiap rumah itu ada tanamannya masing-masing untuk dirawat, agar ketika kita keluar rumah tidak hanya yang dilihat kendaraan saja, namun pemandangan yang ijo-ijo tentunya

    jadi sueegeer doong….” Raut wajah Aisyah langsung sumringah.

    “Asyiiik, Alhamdulillah… ide bagus tuuhh. Kapan-kapan aku boleh bantu kaan syah?”


    “Boleeeh bangeet, dengan senang hati Tiiim” sambil memeluk Fatimah sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih karena Allah sudah mengirimkan sahabat baik seperti Fatimah.



    Waktu menunjukan 15:30, akhirnya Aisyah dan Fatimah memutuskan untuk pulang kerumahnya masing-masing dengan perasaan lega dan sumringah. Sesampainya dirumah Aisyah tidak berfikir panjang lalu membuat agenda rutinan kerja bakti setiap hari minggu untuk warga sekitar komplek

    rumahnya, dengan tujuan agar lebih mencintai alam dan lingkungan sekitarnya.

    Itulah keseharian Aisyah yang baru disetiap liburan.


    Setiap hari minggu selalu disibukkan dengan bersih-bersih lingkungan. Sampai akhirnya Aisyah membuat taman kecil didepan rumahnya. Disitulah kesibukan Aisyah harus mengurus warga komplek, menanam pohon-pohon baru, pokoknya sibuk yang bermanfaat deh Sekarang selain di rumahnya, Aisyah juga memiliki taman di daerah lain. Rencananya, Aisyah akan membuka satu lagi taman miliknya di daerah lain dibantu dengan sahabat karibnya yaitu Fatimah. Semakin hari, ada juga yang ingin memesan tanaman milik Aisyah untuk di budidayakan sehingga yang awalnya cuma-cuma berkembang merambah kedunia bisnis.


    Dengan ini, Asyah tambah semangat ! Walaupun begitu, ia tidak lupa dengan sekolahnya. Ia tetap bisa mengukir prestasi di kelasnya serta membagi waktu antara sekolah dan bisnis. Akhirnya, daerah sekitar Aisyah pun semakin bersih, indah, dan sejuk dipandang.


    Baca juga : Pentingnya Pendidikan Sebagai Solidaritas Global Pasca Pandemi Covid-19

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +