Written by Irmadani Fitria
Waktu acara sudah hampir selesai dilakukan sesi foto, seharusnya pada saat itu aku merasa senang tetapi tidak tahu kenapa rasanya beda. Ada yang mengganjal bukan pada acaranya, tapi karena memang tidak tau kenapa ? rasanya beda pengin cepet-cepet buka hp.
Saat itu juga hp di bagikan aku segera membukanya tetapi tidak ada kabar yang
membuatku sedih, terus apa artinya rasa ini ? apa memang aku yang sudah terlalu
cape, jadi berfikiran yang macam-macam.
Yang merasakan perasaan ini bukan hanya aku, Mba Shofi juga merasakan. Dan ternyata dia yang mendapat kabar tidak mengenakan. Saat itu aku berfikir ahh.. ya sudah, memang ini perasaan bukan buat aku.
Hanya saja aku
ikut merasakan apa yang Mba Shofi rasakan. Sebelum
pulang, waktu itu sudah menunjukan pukul dua belas lebih seperempat, kebetulan
acara belum selesai jadi di tunda dulu untuk sholat.
Waktu kami kembali ke tempat penginapan, hujan belum terlalu deras hanya gerimis. Saat itu Mba Shofi yang sedang tertimpa kabar sudah tidak bisa menahan air matanya saat itu juga.
Mba Iah bersamaku tidak
tega untuk melihatnya, setelah selesai sholat kita semua tidak mengikuti acara
penutupan tetapi langsung ijin untuk pulang kerumah. Karena kondisinya pada
saat itu hujan deras kami sempat berhenti dulu untuk menggunakan mantol, setelah
itu kami langsung meminta ijin dan pulang tanpa menunggu hujan reda.
Setelah
kita berjalan sudah jauh, baru sadar ternyata aku yang di bonceng Mas Adin mencar dengan
rombongan. Kita tersesat di daerah alun-alun Wonosobo karena kita memang tidak
paham dengan daerah sini. Akhirnya memutuskan untuk membuka hp dan menyalakan
maps langsung arah tujuan pom bensin Sawangan.
Lalu kita
melanjutkan perjalanan, sampai
keluar dari jalan dan menemukan jalan utama. Pada saat itu aku berfikir “mungkin ini cuma tinggal mengikuti
jalan nanti kan mentoknya perempatan Sawangan” terus kita
tetap berjalan tanpa membuka maps.
***
Setelah berjalan
cukup lama aku sempat membaca daerah kenapa kita sudah sampai Banjarnegara? padahal saat
berangkat tidak melewatinya. Dan tiba-tiba Mas Adin bertanya,
“masih
lurus ir?”
Aku sangat terkejut kenapa aku tidak memperhatikan arah jalan dari awal palah memasukan hp-nya. Aku langsung mengeluarkan hp nya dan menunjukan arah mapsnya, ternyata di hp sudah kelewatan jauh. Saat itu aku berhenti untuk puter balik sudah cukup jauh berjalan. Seperti biasa hp Mas Adin kembali ke menu utama akhirnya kami memutuskan berhenti dulu untuk istirahat.
Kelihatannya Mas Adin sangat marah karena pada saat itu juga hujan
masih deras, sudah cape mau pulang terus kesasar. Di awal ehh.. udah bisa
keluar ternyata kelewatan jauh.
Tidak lama berhenti kita melanjutkan perjalanan lagi tetapi tidak melewati Sawangan hanya mengikuti arah maps yang lebih cepat.
Saat itu Mas Adin membawa motor ngebut
bahkan aku sendiri sempet takut, karena ada telfon dari Pak Mufid aku langsung
ngomong ke Mas Adin,
“Mas ada telfon dari Pak Mufid ?”
“Udah fokus ke hp aja!”
Aku sendiri
merasa ngga enak karena beberapa kali Pak Mufid telfon tetapi aku mematikannya. Saat itu aku langsung
membuka hp dan memberitahukan Pak Mufid kalo aku dan Mas Adin sudah berada di
banjar dan kita pulang melewati jalan Sadang. Setelah itu Pak Mufid
memberitahukan jika jalannya bagus karena aku sendiri pernah ke Sadang.
Aku sudah mulai lega, tetapi kenapa jalannya sepi, terjal, dan licin. Hanya ada suara binatang yang membuat merinding tubuhku. Aku sendiri merasa sudah tidak enak, tapi aku coba berfikir positif aku pergi bersama rombongan dengan tujuan yang baik bukan untuk yang aneh-aneh.
Jalan semakin sepi waktu pun sudah mulai sore kita masih berjalan mengikuti arah maps
saat itu signal tiba-tiba menghilang dan kita tidak ada yang tahu jalan kedepan
bagaimana.
***
Akhirnya kita memutuskan untuk berhenti dulu dan bertanya kepada warga sekitar. Pada saat berjalan cukup lama, kita menemukan orang yang sedang di warung dan menanyakan alamat Kebumen.
Ternyata memang sudah
tidak jauh dari Kebumen kota hanya saja jalan yang di lewati cukup susah, aku kira jalan yang susah tidak
terlalu berpengaruh tapi ternyata memang benar-benar menguji kesabaran.
Jalan di pinggir bukit dan aspal yang rusak membuatku sedikit menyerah dan rasanya ingin turun saja karena kita memikirkan waktu yang cukup sore dan saat itu juga lampu motor juga mati.
Kita tetap memutuskan
untuk jalan dengan sangat hati-hati walaupun kita sudah hati-hati tapi memang
kenyataan itu jalan bener-bener rusak parah. Apalagi sedang hujan seperti ini
jalan yang sangat licin dengan aspal yang rusak dan turunan yang cukup lama
akhirnya menemukan jalan yang landai tetapi tidak berhenti sampai sini.
Perjalanan masih sangat jauh, aku kira hanya lurus saja ternyata ada jalan yang bercabang. Aku sempat berfikir untuk ambil kanan saja tetapi Mas Adin memilih kiri padahal memang kita sama sekali belum pernah melewati jalan itu.
Dari pada
kita harus kesasar lagi lebih baik puter balik dan mencari orang, tidak jauh
dari jalan yang bercabang kita menemukan mushola kami
memutuskan untuk sholat
sembari istirahat sebentar.
Setelah
sholat saya tidak
langsung pulang ternyata di masjid ada banyak ibu-ibu yang sedang ngobrol. Saya mendekati dan
bertanya arah jalan Kebumen, ibu pun menunjukan patokannya kita harus belok
kemana saat itu kita sudah melewati jalan yang bercabang ternyata masih jauh
untuk sampai arah Kebumen.
Pada saat tikungan tiba-tiba ada genangan air yang kelihatanya cukup besar dan dalam. Saat itu juga Mas Adin tiba-tiba berhenti aku sempat berteriak memanggilnya, karena roda ban belakang sampai bergeser jauh, ku kira dia mau menghindari genangan air itu tetapi teryata yang dia rasakan beda.
Aku benar-benar sangat takut bagaimana mungkin
jalan yang sempit berkelok dan di
sampingnya itu langsung air sungai deras tanpa pembatas jalan aku sudah
berfikir kemana-mana.
Mas Adin mengingatkan ku untuk selalu bersolawat di sepanjang jalan. Tidak lama kemudian banyak kendaraan yang lewat bahkan mobil pun ada yang lewat dari situ.
***
Aku sudah mulai
tenang tetapi tidak berhenti sampai sini. Signal belum kembali dan kita pun menemui
jalan yang bercabang lagi. Untuk itu kita harus tanya dulu jalan ke arah Kebumen
kepada bapak-bapak yang ada di warung.
Lalu
kita mengambil arah yang sudah di beritahunya. Setelah melanjutkan perjalanan yang cukup lama kita
juga menemui banyak rumah dan kendaraan yang lewat. Akhirnya merasa
tenang juga karena sudah menemukan jalan yang tepat dan benar semoga saja bisa
cepat sampai kota.
Waktu dijalan aku sempat ngobrol sama Mas Adin dan bercerita pada saat aku teriak di tikungan
“Yang dirasain tadi itu ban nya benar-benar kempes tidak ada angin ir,”
"untung saja mas, cerita saat perjalanan sudah cukup rame."
"ya udah lah yang penting kita selamat sampai kota semoga saja tidak
ada halangan apapun." imbuhku.
Diperjalanan
pulang kita sempet berhenti dulu mampir ke bengkel. Mas Adin bilang
“Mampir
ke bengkel betulkan lampu yang mati,”
“Tidak usahlah
nanti Mba Shofi juga ikut
pulang ke rumahku” pikirku.
Kita langsung
pulang, saat
di perjalanan arah rumahnya Mas Adin bertanya,
“Gimana rombongan
sudah sampai belum ?”
“Belum ada kabar
mas” jawabku.
Saat aku sampai di
tempatnya Mas Adin dia
langsung naik ke atas dan aku melepas mantol terlebih dahulu. Sembari membuka hp, Mba Shofi baru saja menghubungiku bahwasanya
dia sudah berada di rumahnya. Tak lama kemudian adik Mas Adin juga turun dan menyuruhku untuk naik ke rumah.
Dan akhirnya
bisa ketemu juga walaupun aku yang terakhir sampai rumahnya Mas Adin. Setelah
itu kita istirahat untuk solat dan makan sembari meluruskan kaki yang pegal dan
badan dingin karena hujan-hujanan. Setelah kita selesai sholat maghrib aku dan Mba
Shofi langsung berpamitan pulang.
Waktu aku turun ke bawah aku sempat takut, tempatnya udah sepi dan hujan apalagi di sepanjang jalan banyak sawah tanpa ada penerangan sama sekali.
Tapi tidak apalah ada motor Mba Shofi yang menerangi di jalan. Saat sampai di parkiran bawah Mas Adin masih
sempat memegang motorku untuk memutar balik.
Setelah itu aku menyalakan motorku dan mencobanya ternyata lampunya bisa nyala, aku seneng banget. Ketakutanku sedikit hilang aku langsung mengasih tahu Mas Adin dan Mba Shofi bahwasanya motorku sudah bisa menyala. Akhirnya bisa pulang dengan tenang, tanpa ada rasa cemas lagi.
***
Wonosobo, 10 Januari 2021
Penulis : Irmadani Fitria
Penyunting : Syukur R