• Jelajahi

    Copyright © Laku Suluk
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    TERSESAT

    Rabu, 20 Januari 2021, 00.17 WIB Last Updated 2021-02-06T04:47:14Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
     

    Written by Irmadani Fitria




    Waktu acara sudah hampir selesai dilakukan sesi foto, seharusnya pada saat itu aku merasa senang tetapi tidak tahu kenapa rasanya beda. Ada yang mengganjal bukan pada acaranya, tapi  karena memang tidak tau kenapa ? rasanya beda pengin cepet-cepet buka hp.


    Saat itu juga hp di bagikan aku segera membukanya tetapi tidak ada kabar yang membuatku sedih, terus apa artinya rasa ini ? apa memang aku yang sudah terlalu cape, jadi berfikiran yang macam-macam.


    Yang merasakan perasaan ini bukan hanya aku, Mba Shofi juga merasakan. Dan  ternyata dia yang mendapat kabar tidak mengenakan. Saat itu aku berfikir ahh.. ya sudah, memang ini perasaan bukan buat aku.


    Hanya saja aku ikut merasakan apa yang Mba Shofi rasakan. Sebelum pulang, waktu itu sudah menunjukan pukul dua belas lebih seperempat, kebetulan acara belum selesai jadi di tunda dulu untuk sholat.


    Waktu kami kembali ke tempat penginapan, hujan belum terlalu deras hanya gerimis. Saat itu Mba Shofi yang sedang tertimpa kabar sudah tidak bisa menahan air matanya saat itu juga.


    Mba Iah bersamaku tidak tega untuk melihatnya, setelah selesai sholat kita semua tidak mengikuti acara penutupan tetapi langsung ijin untuk pulang kerumah. Karena kondisinya pada saat itu hujan deras kami sempat berhenti dulu untuk menggunakan mantol, setelah itu kami langsung meminta ijin dan pulang tanpa menunggu hujan reda.


    Setelah kita berjalan sudah jauh, baru sadar ternyata aku  yang di bonceng Mas Adin mencar dengan rombongan. Kita tersesat di daerah alun-alun Wonosobo karena kita memang tidak paham dengan daerah sini. Akhirnya memutuskan untuk membuka hp dan menyalakan maps langsung arah tujuan pom bensin Sawangan.


    Lalu kita melanjutkan perjalanan, sampai keluar dari jalan dan menemukan jalan utama. Pada saat itu aku berfikir mungkin ini cuma tinggal mengikuti jalan nanti kan mentoknya perempatan Sawangan terus kita tetap berjalan tanpa membuka maps.


    ***


    Setelah berjalan cukup lama aku sempat membaca daerah kenapa kita sudah sampai Banjarnegara? padahal saat berangkat tidak melewatinya. Dan tiba-tiba Mas Adin bertanya,


    “masih lurus ir?


    Aku sangat terkejut kenapa aku tidak memperhatikan arah jalan dari awal palah memasukan hp-nya. Aku langsung mengeluarkan hp nya dan menunjukan arah mapsnya, ternyata di hp sudah kelewatan jauh. Saat itu aku berhenti untuk puter balik sudah cukup jauh berjalan. Seperti biasa hp Mas Adin kembali ke menu utama akhirnya kami memutuskan berhenti dulu untuk istirahat.


    Kelihatannya Mas Adin sangat marah karena pada saat itu juga hujan masih deras, sudah cape mau pulang terus kesasar. Di awal ehh.. udah bisa keluar ternyata  kelewatan jauh.


    Tidak lama berhenti kita melanjutkan perjalanan lagi tetapi tidak melewati Sawangan hanya mengikuti arah maps yang lebih cepat.


    Saat itu Mas Adin membawa motor ngebut bahkan aku sendiri sempet takut, karena ada telfon dari Pak Mufid aku langsung ngomong ke Mas Adin,


    “Mas ada telfon dari Pak Mufid ?”


    “Udah fokus ke hp aja!”


    Aku sendiri merasa ngga enak karena beberapa kali Pak Mufid telfon tetapi aku mematikannya. Saat itu aku langsung membuka hp dan memberitahukan Pak Mufid kalo aku dan Mas Adin sudah berada di banjar dan kita pulang melewati jalan Sadang. Setelah itu Pak Mufid memberitahukan jika jalannya bagus karena aku sendiri pernah ke Sadang.


    Aku sudah mulai lega, tetapi kenapa jalannya sepi, terjal, dan licin. Hanya ada suara binatang yang membuat merinding tubuhku. Aku sendiri merasa sudah tidak enak, tapi aku coba berfikir positif aku pergi bersama rombongan dengan tujuan yang baik bukan untuk yang aneh-aneh.


    Jalan semakin sepi waktu pun sudah mulai sore kita masih berjalan mengikuti arah maps saat itu signal tiba-tiba menghilang dan kita tidak ada yang tahu jalan kedepan bagaimana.


    ***


    Akhirnya kita memutuskan untuk berhenti dulu dan bertanya kepada warga sekitar. Pada saat berjalan cukup lama, kita menemukan orang yang sedang di warung dan menanyakan alamat Kebumen. 


    Ternyata memang sudah tidak jauh dari Kebumen kota hanya saja jalan yang di lewati cukup  susah, aku kira jalan yang susah tidak terlalu berpengaruh tapi ternyata memang benar-benar menguji kesabaran.


    Jalan di pinggir bukit dan aspal yang rusak membuatku sedikit menyerah dan rasanya  ingin turun saja karena kita memikirkan waktu yang cukup sore dan saat itu juga lampu motor juga mati.


    Kita tetap memutuskan untuk jalan dengan sangat hati-hati walaupun kita sudah hati-hati tapi memang kenyataan itu jalan bener-bener rusak parah. Apalagi sedang hujan seperti ini jalan yang sangat licin dengan aspal yang rusak dan turunan yang cukup lama akhirnya menemukan jalan yang landai tetapi tidak berhenti sampai sini.


    Perjalanan masih sangat jauh, aku kira hanya lurus saja ternyata ada jalan yang bercabang. Aku sempat berfikir untuk ambil kanan saja tetapi Mas Adin memilih kiri  padahal memang kita sama sekali belum pernah melewati jalan itu.


    Dari pada kita harus kesasar lagi lebih baik puter balik dan mencari orang, tidak jauh dari jalan yang bercabang kita menemukan mushola kami memutuskan untuk sholat sembari istirahat sebentar.


    Setelah sholat saya tidak langsung pulang ternyata di masjid ada banyak ibu-ibu yang sedang ngobrol. Saya mendekati dan bertanya arah jalan Kebumen, ibu pun menunjukan patokannya kita harus belok kemana saat itu kita sudah melewati jalan yang bercabang ternyata masih jauh untuk sampai arah Kebumen.


    Pada saat tikungan tiba-tiba ada genangan air yang kelihatanya cukup besar dan dalam. Saat itu juga Mas Adin tiba-tiba berhenti aku sempat berteriak memanggilnya, karena roda ban belakang sampai bergeser jauh, ku kira dia mau menghindari genangan air itu tetapi teryata yang dia rasakan beda.


    Aku benar-benar sangat takut bagaimana mungkin jalan yang sempit  berkelok dan di sampingnya itu langsung air sungai deras tanpa pembatas jalan aku sudah berfikir kemana-mana.


    Mas Adin mengingatkan ku untuk selalu bersolawat di sepanjang jalan. Tidak lama kemudian banyak kendaraan yang lewat bahkan mobil pun ada yang lewat dari situ.


    ***


    Aku sudah mulai tenang tetapi tidak berhenti sampai sini. Signal belum kembali dan kita pun menemui jalan yang bercabang lagi. Untuk itu kita harus tanya dulu jalan ke arah Kebumen kepada bapak-bapak yang ada di warung.


    Lalu kita mengambil arah yang sudah di beritahunya. Setelah melanjutkan perjalanan yang cukup lama kita juga menemui banyak rumah dan kendaraan yang lewat. Akhirnya merasa tenang juga karena sudah menemukan jalan yang tepat dan benar semoga saja bisa cepat sampai kota.


    Waktu dijalan aku sempat ngobrol sama Mas Adin dan bercerita pada saat aku teriak di tikungan

    “Yang dirasain tadi itu ban nya benar-benar kempes tidak ada angin ir,


    "untung saja mas, cerita saat perjalanan sudah cukup rame."

    "ya udah lah yang penting kita selamat sampai kota semoga saja tidak ada halangan apapun." imbuhku.


    Diperjalanan pulang kita sempet berhenti dulu mampir ke bengkel. Mas Adin bilang


    “Mampir ke bengkel betulkan lampu yang mati,


    “Tidak usahlah nanti Mba Shofi juga ikut pulang ke rumahku” pikirku.


    Kita langsung pulang, saat di perjalanan arah rumahnya Mas Adin bertanya,


    “Gimana rombongan sudah sampai belum ?”


    “Belum ada kabar mas” jawabku.


    Saat aku sampai di tempatnya Mas Adin dia langsung naik ke atas dan aku melepas mantol terlebih dahulu. Sembari membuka hp, Mba Shofi baru saja menghubungiku  bahwasanya dia sudah berada di rumahnya. Tak lama kemudian adik Mas Adin juga turun dan menyuruhku untuk naik ke rumah.


    Dan akhirnya bisa ketemu juga walaupun aku yang terakhir sampai rumahnya Mas Adin. Setelah itu kita istirahat untuk solat dan makan sembari meluruskan kaki yang pegal dan badan dingin karena hujan-hujanan. Setelah kita selesai sholat maghrib aku dan Mba Shofi langsung berpamitan pulang.


    Waktu aku turun ke bawah aku sempat takut, tempatnya udah sepi dan hujan apalagi di sepanjang jalan banyak sawah tanpa ada penerangan sama sekali. 


    Tapi tidak apalah ada motor Mba Shofi yang menerangi di jalan. Saat  sampai di parkiran bawah Mas Adin masih sempat memegang motorku untuk memutar balik.


    Setelah itu aku menyalakan motorku dan mencobanya ternyata lampunya bisa nyala, aku seneng banget. Ketakutanku sedikit hilang aku langsung mengasih tahu Mas Adin dan Mba Shofi bahwasanya motorku sudah bisa menyala.  Akhirnya bisa pulang dengan tenang, tanpa ada rasa cemas lagi.


    ***


    Wonosobo, 10 Januari 2021



    Penulis : Irmadani Fitria

    Penyunting : Syukur R


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +