Written by Erika Pradita
Mencoloknya sinar matahari pagi membuat warga bergegas melakukan aktifitas seperti biasa. Pleret serumbung, nama desa dengan berjuta kisah. Pak sunardi memiliki seorang istri yang bernama purwanti, yang mencari sesuatu yang bernyawa demi terwujudnya hajad mereka. Allah berkata lain akan permintaanya, mereka sangat sulit sekali menemukan penyempurna hajatnya.
Sekecamatan Imogiri telah ia kelilingi untuk mencari dan sudah berusaha sekuat kemampuan mereka, sampai ia bernadzar siap membayar berapapun.
Pagi harinya ia bertemu dengan Mba Mirah tetangga sekaligus masih ada hubungan darah, ia mengatakan keluh kesah kesulitan mencari yg bernyawa untuk menyempurnakan hajatnya.
Mba Mirah: "Kono kae, ono seng adoll malah, akeh. Gek regane yo mandan murah.
Purwanti: "woo ..π²opo iyo lek? Tapi aku butuh akeh ki piye?"
Mirah: "yo ra popo to, kono yo adoll sepiro2 wong do butuh."
Purwanti: "yoo,tak ndono lek,tak pesen kono, matur suwun yo."
Sore menjelang adzan as'ar ia mendatangi rumah mb tini penjual bernyawa itu. Sesampainya di depan rumah rombongan itu pun berkata, "ahh mesti wong2 golek adewe iki,, haduuh aku urung siap matii"π₯π₯,(tutur salah satu dri merka).
Datang lah ia yg dermawan menghampiri dan berkata "wes rasah ribut, apalah arti hidup kita jika tak bermanfaat bagi orang lain ?
Nerimo takdire gusti, diniati nulung karo golek pahala ganjarane gede neng bulan ramadhan plus engko lak entok duwite toπ. Kasian juragan kita butuh uang untuk membiayayi kehidupan anak2 kita nanti dan masih banyak juga uang yang harus dia keluarkan untuk biyaya anak2 mereka sekolah."
Akhirnya mereka merelakan nyawa demi majikanya, Mba Tini pun menerima segepok uang dari pembeli tadi dan bernyawa (ayam) disembeleh lalu di olah-oleh sanak saudaranya.
Menjelang magrib purwanti pun melaksanakan hajatnya (membagiakan takjil) di mushola, dengan perasaan bahagia dan lega.
Baca juga: Kisah Inspiratif Pemuda Yang Mengabadikan