![]() |
Written by Shofiyatun Romdoniah
Perkenalkan namaku Opy. Aku adalah Mahasiswi Institut Agama Islam Nahdlatu ‘Ulama (IAINU) Kebumen. Menjadi seorang mahasiswi tidak semudah yang aku bayangkan. Apalagi dengan bertambahnya usia mau tidak mau aktifitasku bisa dikatakan sedikit padat baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
Bukan lagi tentang belajar di dalam kelas sekedar face to face mendengarkan ceramah dosen yang belum tentu masuk di memoriku, apalagi berhadapan dengan buku yang melihatnya saja sudah membuatku menguap lebar. Melainkan belajar lebih menambah relasi secara outdoor.
Dengan mengikuti salah satu organisasi ekstra kampus bisa menjadi jalan alternatifku menambah pengalaman mengenal banyak orang. Ternyata ini adalah hal yang tidak mudah dapat mengetahui sisi orang yang banyak dan berbeda-beda pula setiap karakteristiknya. Syukurlah setidaknya aku bukan mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang).
Aku mengikuti organisasi MATAN (Mahasiswa Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdhiyah ) anggota yang ada di dalamnya bukan hanya mahasiswa IAINU Kebumen saja, tetapi beberapa shohib/shohibah justru lulusan luar kota semua. Ada yang dari Jogja, Semarang, bahkan Pati.
Bagiku adanya aku masuk di organisasi ini bukan sebuah kebetulan namum memang takdir mempertemukan aku dengan mereka, setidaknya sebagai pembelajaran bagiku supaya belajar dari mereka untuk menjadi orang yang lebih berani dan percaya diri.
Jadi aku punya cerita yang bagiku konyol sekali !! semua ini tidak jauh karena sikapku Oh My God....
Sabtu, 16 Januari 2021 aku dan teman-teman organisasiku berziarah makam auliya daerah Kebumen. Acara ini merupakan bentuk perayaan harlah MATAN yang ke-9. Kira-kira ada tujuh tujuan makam yang akan diziarahi.
“Ayo kita ziarah ke Makam Syeh Ali Tajul ‘Arifin terlebih dahulu” ajak Mas Adin yang kebetulan rumahnya dekat dengan makam dan menjadi titik kumpul anggota dalam mengawali ziarah.
Setelah usai di makam pertama, kita lanjut ke tujuan yang kedua yaitu makam Syekh Abdul Kahfi di Somalangu and next ke Makam Pahlawan di Kawedusan.
Jam di pergelangan tanganku menunjukkan pukul 11:00 kita keluar dari Makam Pahlawan. Pas asyik-asyiknya berfoto bersama aku bertanya ke Fitri.
“fit tau nggak sih, aku belum sarapan tau. Lapeeer eeh. Aku kalo udah kelaperan tuh suka keluar kringet dingin abis itu gemeteran” keluh ku
“Hiih mba kok sama sih kaya aku! Tadi pas tahlil aja cacingku demo keras banget. Tapi kayae pada engga denger deh hihi.. kira-kira nanti berhenti dimana gitu cari makan enggak yah??” tanya fitri
“Ya nggak mungkin lah. Secara tujuannya masih banyak! jauh-jauh lagi, mana sempet berhenti cari makan..eh apalagi kan ada yang puasa ngga enak lah. Emang kamu tega?? ” timpalku
“Lah emba...untung aku selalu bawa minum, paling enggak buat ngeganjel lah ya hihihi...” seruku. Kukira hanya aku yang menahan lapar sampai-sampai suara gemuruh cacing tidak bisa terkondisikan.
“Ayok yang mau pada ngisi bensin di pom. Setelah itu kita lanjut ke Makam Mbah Sonhaji di Sruweng okay !” himbau Mas Huda.
Sembari menunggu teman-teman yang lagi antri mengisi bensin, aku iseng buka handphone dan ternyata Mbak Sifa yang katanya nggak bisa ikut ziarah karena ada acara di Madrasah ngabarin kalau dia udah selesai dan minta dijemput.
Alhasil aku langsung memberi tahu fitri untuk menjemputnya. Setelah itu fitri langsung pergi dan menjemput Mbak Sifa
“Jangan lama-lama ya Fit” seru mba Iim memperingati fitri.
Saat itu aku bersama teman-teman menunggu fitri di alun-alun. Sembari menunggu Fitri aku pun menyempatkan untuk membeli makan dan es cup terlebih dahulu.
Tak lama kemudian fitri pun sampai dan dia kaget karena yang dia sudah bela-belain ngga jadi makan ternyata temen-temen yang nunggu di alun-alun sedang asyik minum es cup sembari makan sempol ayam.
“Fit sini minum es dulu, buat ngeganjel” tawaran ku ke fitri sembari memberikan es cupnya yang tinggal setengah.
“Iya mba mau, sumpah laper banget” ungkapnya fitri dengan berbisik.
**
Perjalanan menuju ke Sruweng sedikit meresahkan karena mendung begitu pekat dan gerimis sedikit demi sedikit pun akhirnya tumpah.
“Hujan-hujan enaknya tuh makan, lha ini dari pagi nahan laper, eeh enggak-enggak kuat lah bismillah”batinku.
Sepanjang perjalanan keliatanya fitri terngiang-ngiang tuh dengan sempol yang kebetulan memang kalau beli di alun-alun itu rasanya endul surendul banget.
Sesampainya di Makam Mbah Sonhaji teman-teman sholat duhur terlebih dahulu, kebetulan di samping makam ada sebuah masjid. Dan ternyata di depan masjid ada tukang sempol yang sedang mangkal dan banyak sekali anak kecil antri untuk membelinya.
“Mba aku mau beli sempol, mau enggak?” tanya fitri ke temen-temen saat mendadak lihat tukang sempol.
“Iya sana kamu beli yang banyak sekalian. Kan kamu laper Fit kasian cacingmu hehehe.” Saran Mba Sifa
Tanpa menunggu aba-aba fitri pun ikut ngantri beli sempol bareng anak-anak dan kebetulan Mas-masnya lagi pada sholat jadi enggak malu banget lah beli sempol. Pas udah mateng dan fitri makan bareng sama temen-temen yang lainnya ternyata
“Wah ini sempol abal-abal Fit haha...” timpalku sambil mengunyah sempol
“Wah iya rasanya cuma tepung doang, ayamnya sama sekali nggak kerasa blass” ternyata Mba Iim pun enggak mau kalah kasih komentar. Mandan kecewa karena aku berharap kalo rasa sempolnya paling enggak seenak yang di alun-alun.
“Iya ya Mba. Paling karena di desa jadinya sempolnya begini deh rasanya” jawab fitri singkat karena dia enggak mau keliatan kalo malu dan kecewa.
“Ya udah ngga apa-apa yang penting perutnya udah diganjel, daripada kosong” Mas Adin sedikit menenangkan suasana.
Tapi tidak apalah sudah cukup untuk mengganjal perut saat gerimis melanda. Setidaknya tahlil kali ini bisa lebih tenang karena tidak terdengar suara demo cacing kelaparan seperti sebelumnya.
Perjalanan dilanjutkan menuju Makam Syekh Anom dan Syekh Awwal di Petanahan. Berjalan dengan lancar dan sangat khidmat.
“Rumahku deket dari sini, pada mau mampir enggak nih?” tanya mba Iim
“Mau dong sekedar ngopi-ngopi yah Mba?? Gaskeunn lah” jawab Mas Ahmad
Sesampai di rumah Mba Iim sekitar pukul 15:00 WIB. Ditemani dengan teh hangat dan cemilan, teman-teman berbincang-bincang dengan bapak Mba Iim.
Tidak disangka-sangka ternyata Mba Iim menyiapkan makan untuk teman-teman. Dalam hatiku alhamdulillah akhirnya cacingku tidak mati kelaparan.
And then teman-teman melaksanakan sholat ashar karena tidak terasa semakin sore dan dilanjutkan ke Makam Mbah Lancing.
Kegiatan hari ini berjalan lancar tanpa ada halangan suatu apapun. Kami pulang ke rumah masing-masing dengan selamat walapun mepet sekali dengan tabuh bedug masjid sampai di rumah.
Penulis : Shofiyatun Romdoniah
Editor : Syukur Riyadin